malam, semua keindahan tersaji dalam gelap. suara jengkerik terdengar, meredam segala gusar. ada rindu yang selama ini rapi tersimpan, berontak ingin lepas dari segala ikatan. dan ingataningatan yang berloncatan, adalah aliran listrik yang menghidupkan segala perjalanan. tanpamu, aku terasa menjadi batu. tak bersuara, tanpa cinta.
18.6.11
tak ada puisi
tak ada puisi hari ini. ataupun esok nanti. sebab semua katakata telah menemui ajal. merupa dalam sesal yang kekal. dapatkah kau mendengar dentingan nadanada, dari piano tua di dekat jendela? di sanalah semua kejadian bermula, dan ujung perjalanan bermuara. kini, biarlah kunikmati sepi ini
/rahmatiah 'tya' prihartini/
[oase.kompas.com-Sabtu, 18 Juni 2011]
/rahmatiah 'tya' prihartini/
[oase.kompas.com-Sabtu, 18 Juni 2011]
category :
puisi
kelahiran
aku lahir dengan bayangan gelap yang menyertaiku, tempat aku sembunyi dari dunia yang mengutukku. menjadi batu di malam yang senyap, menjadi makam di udara yang lelap. iblis-iblis yang telah menguasai alam raya, lalu berpesta pora merayakan kemenangannya. dan siapakah yang dengan segera akan menolong, hanya anjing-anjing renta yang menjerit menggonggong. bahkan malaikat pun tak lagi bersegera, dan semakin dekat pula kusampai pada ajal tiba
category :
puisi
17.6.11
pagi di november 14
telingatelinga yang bersuara nyaring, memaksa mata untuk terbuka. bunyi kendaraan yang melintas di jalan basah, mengusir sunyi yang biasa hadir. pagi yang basah, ya, setelah semalam hujan datang mengguyur tanah. mungkin juga, untuk menghapus jejakjejak yang pernah singgah : di rumahmu, di tubuhmu. sebegitu juga, kenangan yang tak lagi ingin engkau ingat, maka : lupakan saja
category :
puisi
père-lachaise
maut telah menjadi sekutu, demikianlah bunyi akhir waktu. terputus sudah segala amal, tenggelam dalam keabadian kekal. lalu, apakah harus aku memohon ampunmu?
category :
puisi
Subscribe to:
Posts (Atom)