21.8.11

membaca tanda

membaca tanda
kota dengan lampulampu yang padam
sepasang gelandangan dengan mata terpejam
dan kenangan yang lewat pelanpelan
orangorang mendadak gila
televisi menjadi berhala yang mengadu domba
lalu rintik gerimis datang tibatiba
dan aku telah lupa cara untuk berdoa

drupadi

o, inikah kasih yang kaujanjikan
kala kauperlakukan raga lemah ini
sebagai benda untuk kaupertaruhkan

o, inikah cinta yang kauberikan
kala kaubiarkan raga ditelanjangi
lalu para kurawa tertawakan

wahai, ketahuilah
apa yang pantas kuceritakan pada anakcucu nanti
jika para lelaki yang kucintai
tak lagi mampu untuk melindungi

wahai, ingatlah
akan selamanya kubiarkan gerai rambut ini
sampai darah kurawa kudapat nanti
untukku bisa bersuci!

pagi bertualang

pagi pun bertualang, membawa pergi kabut usang, dan telor setengah matang. mata nyalang, ingatan hilang. pagi amnesia, pada segala. sudah lama kita sapih bulan dan bintang, dan akan segera kita ceraikan matahari. biar hidup tak lagi untuk sembunyi, atau menyembunyikan kekalahan. anakanak berangkat ke sekolah, dan berharap dapat menemukan mimpi mereka di sana. ada di mana mimpi kita, apakah ada di jalan yang sama atau di ruang yang berbeda? pagi masih bertualang, dengan pedang di tangan. apakah ia tahu jalan kembali pulang?

jejak rindu

jejak rindu yang terekam dalam memoriku, masih hangat selayak kulitmu menyentuhku. sepanjang perjalanan dan jam-jam yang berlalu, selalu ada dirimu yang berkelebat dalam anganku. aku masih selalu membangun rinduku untukmu, dari putik-putik kembang randu. sebelum habis dibakar kemarau, sebelum serak suaraku parau. aku memanggilmu dalam nafas dan doaku, menjelmalah engkau di sekejap nyataku

17.8.11

sesekali

akan kuajak kau keluar
biar tak selalu ada di dalam kamar
berdua nikmati indah bunga
dan sejuk embun pagi
dan agar tak pucat kulitmu
terkena matahari,
sesekali

Untuk N

angin datang mengetuk daun jendela, mengabarkan sunyi. rintik hujan serupa bulu matamu, tahu betapa rindu mesti terlunaskan. maka : mendekatlah, sayangku, mendekaplah. telah kuletakkan kedua mataku di hadapanmu, agar tak sedetik pun aku tidak memandang wajahmu

Bawakan Saja Aku Seikat Bunga Yang Semerbak

sebelum perjalanan jauh yang hendak kautempuh, izinkan saja aku membasuh seluruh peluh di tubuhmu. biar tuntas segala risau dan kerinduan padamu, jadikan bekal sepanjang berjarak dariku. dan ketika tiba nanti waktu kepulanganmu, bawakan saja aku seikat bunga yang semerbak, sebab jiwa ini yang tak lagi mampu menahan gejolak