4.5.18

Tentang Yayasan Lembayung


Berikut sekilas tentang Yayasan Lembayung sebagaimana dikutip dari apa yang disampaikan oleh Winahyu Widayati (Pendiri sekaligus Ketua Yayasan Lembayung Kalinyamatan) tentang awal mula dan sejarah berdirinya Yayasan Lembayung. Silakan disimak.

Ide membuat rekor MURI yang digelar oleh Lembayung Production pada tahun 2004 adalah hasil bincang-bincang mas Nur Hidayat, Rini dan saya. Singkat cerita, kala itu kami ditantang mas Nur untuk membuat rekor muri, guna meramaikan pasar kerajinan yang waktu itu mas Nur, dkk yang dipasrahi untuk mengelola. Kemudian terbentuklah nama Lembayung Production sebagai bendera/ EO yang akan kita pakai untuk mengusung rekor MURI yang berkaitan dengan lampion/ impes.

Nama Lembayung sendiri adalah hasil kesepakatan saya dan Rini. Berdua kami berdiskusi bahkan berantem karena mempertahankan ide masing-masing tentang bentuk acara, hingga menjadi sebuah proposal. Dalam prosesnya kami dibantu oleh Solikhul Huda dan kawan-kawan dari Sanggar Kreatif, juga kawan-kawan yang tinggal di sekitar Kalinyamatan. Alkhamdulillah, rekor MURI bisa kami buat dengan dukungan penuh dari Pemkab Jepara yang waktu itu bupatinya masih pak Hendro Martojo, dan warga Kalinyamatan sebagai arak-arakan pembawa lampion terpanjang. Peserta arak-arakan mencapai 3.000 orang lebih pada waktu itu.

Tahun berikutnya, karena tidak mungkin lagi menggelar rekor MURI, kami menggelar pesta baratan, dengan iring-iringan Ratu Kalinyamat dan dayang-dayang (yang merupakan ide dari ibu Dyah Hadaning, seorang seniman wanita dari Jepara yang tinggal di Bogor), dengan di belakangnya diikuti oleh anak-anak pembawa lampion/ impes perwakilan dari desa-desa di Kalinyamatan. Alkhamdulillah, Pesta Baratan dapat terus berlangsung setiap tahun hingga tahun ini. Pesta Baratan vakum tidak digelar hanya 2 kali, yakni tahun 2009, karena saya harus mempersiapkan pernikahan saya yang waktunya juga di bulan Sya'ban dan tahun 2012.

Demikian penjelasan saya, selaku ketua dan pendiri Yayasan Lembayung Kalinyamatan, semoga bisa meluruskan kesimpangsiuran yang terjadi, dan semoga pihak-pihak yang mengklaim dirinya sebagai pelopor atau pembuat sejarah yang kaitannya dengan Lembayung dan Pesta Baratannya, bisa legowo dengan sejarah yang tidak mungkin diubah. Mohon bantu share agar sampai ke pihak-pihak yang belum paham sejarah Lembayung.

Kita berkarya, maka kita ada.

Ttd.

Winahyu Widayati





3.5.18

Pesta Baratan 2018



Ratu Kalinyamat dan para Dayang
Pesta Baratan yang merupakan sebuah acara budaya adaptasi dari tradisi Baratan yang biasanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan tiba, tepatnya pada saat Nisfu Syakban, dan diselenggarakan oleh Yayasan Lembayung Kalinyamatan.

Rangkaian acara dimulai dari diadakannya lomba lampion pada hari Sabtu tanggal 28 April 2018, yang juaranya akan diikut sertakan pada pawai/ karnaval yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 29 April 2018.

Dua bulan sebelum pelaksanaan Pesta Baratan pihak penyelenggara sudah melakukan proses audisi untuk setiap peran yang dilakonkan, karena di puncak acara ada pergelaran teatrikal penobatan Ratu Kalinyamat.

Dengan segala keterbatasan dan tantangan yang dihadapi akhirnya Pesta Baratan dapat terselenggara, dan dapat dikatakan sukses jika yang dijadikan ukuran adalah jumlah orang yang dating dan menyaksikan, atau bahkan dari jumlah sorotan (baik berupa dukungan maupun cibiran) terkait pelaksanaan Pesta Baratan 2018.

Ada beberapa hal yang banyak sekali bersliweran di lini masa media sosial terkait Pesta Baratan 2018, diantaranya adalah;

1.  Lokasi Acara

Pada tahun ini Pesta Baratan mengambil rute mulai dari Masjid Al Makmur Kriyan dan berakhir di Lapangan Desa Banyuputih.

Tentunya hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan dari para penonton yang hadir, yang mungkin juga banyak yang menelan kekecewaan karena merasa kecelik sudah standby di lokasi yang diharapkan ternyata malah tidak dilalui.

Pihak penyelenggara sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait , utamanya dari kepolisian, namun pihak kepolisian bersikukuh untuk tidak memberikan ijin arak-arakan melewati jalan raya utama guna menghindari kemacetan. Pihak penyelenggara mematuhi arahan tersebut agar Pesta Baratan tetap dapat berlangsung, meski penyelenggara paham pasti ada konsekuensi yang akan diterima dengan adanya pengalihan rute tersebut. Termasuk hujatan dan cibiran.

2. Penampilan Ratu Kalinyamat

Penggunaan aksesoris yang berbau Sunda mengundang cibiran dan nyinyiran bahkan dari mantan pemeran Ratu Kalinyamat pada edisi sebelumnya. Ok, anggap itu kecelakaan kecil yang dilaksanakan penyelenggara karena minimnya referensi akan tetapi tidak bijak rasanya hanya menyebarkan cibiran dan hujatan tanpa memberikan rekomendari atau solusi. Saya kira penyelenggara akan sangat terbuka dengan segala macam ajakan diskusi tentang sosok Ratu Kalinyamat, apalagi jika disertai referensi yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Mari belajar besama. Kapan?

Ratu Kalinyamat berjilbab? Kenapa tidak. Apakah ada yang bisa memberi referensi gaya berpakaian seperti apa yang dikenakan oleh Ratu Kalinyamat? Lantas jika jilbab dipermasalahkan, apakah ada batasan dan larangan untuk seorang yang konsisten dengan jilbabnya untuk menjadi pemeran Ratu Kalinyamat?

Ada banyak hal yang perlu diperbaiki, untuk itu segala macam hujatan dan cibiran tidak akan menyelesaikan masalah. Bangun komunikasi, buka referensi, jangan takut belajar. Sukses untuk semua.

Tari Lampion
Salah satu peserta arak-arakan
Antusiasme penonton di depan panggung
Ritual di Masjid Al Makmur
tentang Yayasan Lembayung bisa dibaca di sini
*) Hakcipta foto milik Panitia