15.9.13

Blackhole


matamu lubang hitam
yang tenggelamkanku
di kedalaman tak mampu
terjangkau akal pikiran
dan semakin jauh
meninggalkan segala
sesal dan kenangan

adalah kehampaan
yang tibatiba saja datang
merubung dan selimuti
tubuhku yang membeku
ditelan segala batu
dan makin memberati
langkahku, tanpamu

mungkin keterjatuhan
telah meriwayatkan sebuah
perjalanan yang harus
ditempuh di setiap tapak
usia dan angkaangka
yang selalu menjadi
bayang di belakang
cermin yang menempel
di dinding rumah

13.9.13

8.9.13

Hari Musim Kemarau



ini waktu pancaroba dalam hidup kita
hargaharga barang selalu merambat naik
sementara persediaan kesabaran tinggal sedikit saja
bahkan mungkin akan segera menjadi barang antik

gunung tak lagi mampu menyimpan embun
setelah batubatu dipaksa terbang ke kotakota
pepohonan meranggas kekeringan sepanjang tahun
burung terbang menggarami luka di udara

8.9.13

Sambat



~ Allief Zam Billah

Pepohonan rindang sudah lama hilang
tak ada lagi pelindung yang meneduhkan
bagi jiwa yang dahaga dan kering
keadaan sudah tak lagi berpihak

Sawah, ladang dan tanah pekarangan menjadi tandus
tak sanggup lagi menumbuhkan benih kesabaran
lalu kehidupan anakanak menjadi demikian melelahkan
menghapal segala rumus dan logika untuk masa depan

Harapan yang hanya muncul sekejap
menjadi doa dan mantra yang menguatkan setiap hati yang sepi
dan kesunyian adalah satusatunya tempat untuk mengeluhkan
serta sembunyi dari bahaya yang mengintai di setiap kelok jalan

8.9.13

6.9.13

Kota Yang Tak Diam


aku melihat kota yang tak pernah diam, di tubuhmu kelok jalan dan macet lampu merah, adalah kejadian yang selalu kau tuai di saban pagi, lalu burung kecil itu hinggap di dahan pepohon peneduh, yang berbaris rapi di atas trotoar yang padat dengan gerobak dan kios pedagang, yang akan makin menyesakkan pandang mata

kemudian anakanak kecil berangkat ke sekolah untuk memulai mimpi, di tengah hardik dan kutukan yang keluar dari mulut televisi, yang selalu menyala hidup lebih dari dua-empat jam sehari, mungkin sejenak akan membuai dan membawa kau terbang semakin tinggi, seperti harga kedele yang tak lagi bisa dijangkau oleh tangan kecil, yang tak sempat lagi memunguti remahremah roti sisa pesta di istana negara

dan ketika malam tiba, kota akan menjadi terang benderang melebihi siang, dengan lampulampu suar di puncak menara dan gedung bertingkat, seakan lupa betapa singkat waktu yang mesti dilewatkan, entah apakah dengannya kau akan sanggup menyangga tubuhmu sendiri

6.9.13

3.9.13

Di Sebuah Kuburan



aku melihat nisan-nisan berjajar
tampak rapi seperti sedang berbaris
menunggu panggilan untuk menghadap
dan menerima hasil penghitungan

nisan-nisan yang tampak sama
tiada beda orang terkenal atau biasa
menunggu dalam diam dan ragu
bagaimana dengan nilai hidupmu

3.9.13