6.9.13

Kota Yang Tak Diam


aku melihat kota yang tak pernah diam, di tubuhmu kelok jalan dan macet lampu merah, adalah kejadian yang selalu kau tuai di saban pagi, lalu burung kecil itu hinggap di dahan pepohon peneduh, yang berbaris rapi di atas trotoar yang padat dengan gerobak dan kios pedagang, yang akan makin menyesakkan pandang mata

kemudian anakanak kecil berangkat ke sekolah untuk memulai mimpi, di tengah hardik dan kutukan yang keluar dari mulut televisi, yang selalu menyala hidup lebih dari dua-empat jam sehari, mungkin sejenak akan membuai dan membawa kau terbang semakin tinggi, seperti harga kedele yang tak lagi bisa dijangkau oleh tangan kecil, yang tak sempat lagi memunguti remahremah roti sisa pesta di istana negara

dan ketika malam tiba, kota akan menjadi terang benderang melebihi siang, dengan lampulampu suar di puncak menara dan gedung bertingkat, seakan lupa betapa singkat waktu yang mesti dilewatkan, entah apakah dengannya kau akan sanggup menyangga tubuhmu sendiri

6.9.13

No comments:

Post a Comment