Ratu Kalinyamat dan para Dayang |
Pesta Baratan yang merupakan sebuah acara budaya adaptasi dari tradisi Baratan yang biasanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan tiba, tepatnya pada saat Nisfu Syakban, dan diselenggarakan oleh Yayasan Lembayung Kalinyamatan.
Rangkaian acara dimulai dari diadakannya lomba lampion pada hari Sabtu tanggal 28 April 2018, yang juaranya akan diikut sertakan pada pawai/ karnaval yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 29 April 2018.
Dua bulan sebelum pelaksanaan Pesta Baratan pihak penyelenggara sudah melakukan proses audisi untuk setiap peran yang dilakonkan, karena di puncak acara ada pergelaran teatrikal penobatan Ratu Kalinyamat.
Dengan segala keterbatasan dan tantangan yang dihadapi akhirnya Pesta Baratan dapat terselenggara, dan dapat dikatakan sukses jika yang dijadikan ukuran adalah jumlah orang yang dating dan menyaksikan, atau bahkan dari jumlah sorotan (baik berupa dukungan maupun cibiran) terkait pelaksanaan Pesta Baratan 2018.
Ada beberapa hal yang banyak sekali bersliweran di lini masa media sosial terkait Pesta Baratan 2018, diantaranya adalah;
1. Lokasi Acara
Pada tahun ini Pesta Baratan mengambil rute mulai dari Masjid Al Makmur Kriyan dan berakhir di Lapangan Desa Banyuputih.
Tentunya hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan dari para penonton yang hadir, yang mungkin juga banyak yang menelan kekecewaan karena merasa kecelik sudah standby di lokasi yang diharapkan ternyata malah tidak dilalui.
Pihak penyelenggara sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait , utamanya dari kepolisian, namun pihak kepolisian bersikukuh untuk tidak memberikan ijin arak-arakan melewati jalan raya utama guna menghindari kemacetan. Pihak penyelenggara mematuhi arahan tersebut agar Pesta Baratan tetap dapat berlangsung, meski penyelenggara paham pasti ada konsekuensi yang akan diterima dengan adanya pengalihan rute tersebut. Termasuk hujatan dan cibiran.
2. Penampilan Ratu Kalinyamat
Penggunaan aksesoris yang berbau Sunda mengundang cibiran dan nyinyiran bahkan dari mantan pemeran Ratu Kalinyamat pada edisi sebelumnya. Ok, anggap itu kecelakaan kecil yang dilaksanakan penyelenggara karena minimnya referensi akan tetapi tidak bijak rasanya hanya menyebarkan cibiran dan hujatan tanpa memberikan rekomendari atau solusi. Saya kira penyelenggara akan sangat terbuka dengan segala macam ajakan diskusi tentang sosok Ratu Kalinyamat, apalagi jika disertai referensi yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Mari belajar besama. Kapan?
Ratu Kalinyamat berjilbab? Kenapa tidak. Apakah ada yang bisa memberi referensi gaya berpakaian seperti apa yang dikenakan oleh Ratu Kalinyamat? Lantas jika jilbab dipermasalahkan, apakah ada batasan dan larangan untuk seorang yang konsisten dengan jilbabnya untuk menjadi pemeran Ratu Kalinyamat?
Ada banyak hal yang perlu diperbaiki, untuk itu segala macam hujatan dan cibiran tidak akan menyelesaikan masalah. Bangun komunikasi, buka referensi, jangan takut belajar. Sukses untuk semua.
Rangkaian acara dimulai dari diadakannya lomba lampion pada hari Sabtu tanggal 28 April 2018, yang juaranya akan diikut sertakan pada pawai/ karnaval yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 29 April 2018.
Dua bulan sebelum pelaksanaan Pesta Baratan pihak penyelenggara sudah melakukan proses audisi untuk setiap peran yang dilakonkan, karena di puncak acara ada pergelaran teatrikal penobatan Ratu Kalinyamat.
Dengan segala keterbatasan dan tantangan yang dihadapi akhirnya Pesta Baratan dapat terselenggara, dan dapat dikatakan sukses jika yang dijadikan ukuran adalah jumlah orang yang dating dan menyaksikan, atau bahkan dari jumlah sorotan (baik berupa dukungan maupun cibiran) terkait pelaksanaan Pesta Baratan 2018.
Ada beberapa hal yang banyak sekali bersliweran di lini masa media sosial terkait Pesta Baratan 2018, diantaranya adalah;
1. Lokasi Acara
Pada tahun ini Pesta Baratan mengambil rute mulai dari Masjid Al Makmur Kriyan dan berakhir di Lapangan Desa Banyuputih.
Tentunya hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan dari para penonton yang hadir, yang mungkin juga banyak yang menelan kekecewaan karena merasa kecelik sudah standby di lokasi yang diharapkan ternyata malah tidak dilalui.
Pihak penyelenggara sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait , utamanya dari kepolisian, namun pihak kepolisian bersikukuh untuk tidak memberikan ijin arak-arakan melewati jalan raya utama guna menghindari kemacetan. Pihak penyelenggara mematuhi arahan tersebut agar Pesta Baratan tetap dapat berlangsung, meski penyelenggara paham pasti ada konsekuensi yang akan diterima dengan adanya pengalihan rute tersebut. Termasuk hujatan dan cibiran.
2. Penampilan Ratu Kalinyamat
Penggunaan aksesoris yang berbau Sunda mengundang cibiran dan nyinyiran bahkan dari mantan pemeran Ratu Kalinyamat pada edisi sebelumnya. Ok, anggap itu kecelakaan kecil yang dilaksanakan penyelenggara karena minimnya referensi akan tetapi tidak bijak rasanya hanya menyebarkan cibiran dan hujatan tanpa memberikan rekomendari atau solusi. Saya kira penyelenggara akan sangat terbuka dengan segala macam ajakan diskusi tentang sosok Ratu Kalinyamat, apalagi jika disertai referensi yang benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Mari belajar besama. Kapan?
Ratu Kalinyamat berjilbab? Kenapa tidak. Apakah ada yang bisa memberi referensi gaya berpakaian seperti apa yang dikenakan oleh Ratu Kalinyamat? Lantas jika jilbab dipermasalahkan, apakah ada batasan dan larangan untuk seorang yang konsisten dengan jilbabnya untuk menjadi pemeran Ratu Kalinyamat?
Ada banyak hal yang perlu diperbaiki, untuk itu segala macam hujatan dan cibiran tidak akan menyelesaikan masalah. Bangun komunikasi, buka referensi, jangan takut belajar. Sukses untuk semua.
Tari Lampion |
Salah satu peserta arak-arakan |
Antusiasme penonton di depan panggung |
Ritual di Masjid Al Makmur |
tentang Yayasan Lembayung bisa dibaca di sini
*) Hakcipta foto milik Panitia
No comments:
Post a Comment