14.12.21

Hari Yang Patut Diselamatkan

        Hari Minggu pagi ini aku terbangun dengan paksa di antara kepulan asap dari sisa rokok yang sempat kuhisap dini hari tadi. Ya, aku berangkat tidur satu jam yang lalu dan kini sudah terbangun karena dikejutkan oleh kegegeran yang ada di luar kamarku.

        Suara perempuan tua itu terdengar jelas sedang marah dan gerutuannya ditujukan kepadaku. Katanya sudah hampir tiga bulan ini uang sewa bulanan belum kulunasi, ditambah lagi tumpukan baju kotor yang menggunung di dekat sumur.

        Sebenarnya ingin segera kubungkam mulut embernya itu, kemudian kulipat tubuhnya dan akan kuangkat lalu kubawa keluar untuk kutempelkan ke tiang listrik. Agar orang-orang yang lewat mengira ia sedang memeluk tiang listrik itu.

        Tapi, ah tidak. Otakku masih waras. Biar saja ia mengomel sepuasnya. Toh nanti kalau sudah capai ia akan diam sendiri. Biar kunikmati saja omelannya pagi ini asalkan masih bisa diiringi dengan irama musik dangdut. Lalu segera saja kuputar lagu-lagu Via.

        Dan kucoba untuk lanjutkan tidurku lagi. Toh tidak ada apapun yang perlu kutunggu.


No comments:

Post a Comment