1.9.16

Memilah Kenangan

setiap pagi kami rajin menyambangi tetanaman yang tumbuh di belakang rumah, mengelap daun yang basah embun, sambil bercakap tentang harga sayur di pasar desa.

dengan telanjang kaki kami menapaki tanah kelahiran, dan sekaligus pemakaman. sementara cahaya menerobos di sela rumpun bambu, seperti harapan baik hari ini.

untuk sejenak lalu kami saling berpandangan, mengingat betapa jauh perjalanan yang telah dilalui. di setiap kesenangan selalu terselip kekecewaan, di setiap kebahagiaan selalu tersisa tangisan

kami tak sempat lagi memilah kenangan mana yang akan kami simpan, untuk dijadikan hiasan yang digantungkan di dinding kamar. agar nanti siapa saja akan dapat mengingat, betapa banyak cucuran darah dan keringat, yang tumpah dalam kisah ini

26.5

No comments:

Post a Comment