Di Gentong Miring Sluke
angin
pesisir dan bau pasir
kibas rambut yang memanggil
dan berbisik di telinga
di antara seruak
aroma kopi
yang kauseduh di
sudut pagi
di rindang dedaun
sawo
ada yang melayang
jatuh di atas tanah
yang basah oleh
hujan semalam.
dua bocah kecil
bermain sepeda
berkejaran
berputarputar
tanpa prasangka
dan duga kira
tanpa rasa takut
akan rahasia
bahkan mungkin
setua kita yang terbata
membaca tetanda
yang nampak di mata
tentang bagaimana
masa depan mereka
juga nasib saudara
yang terancam rumahnya
terusir dari
kampung halamannya
setelah dipaksa
hidup bertahun lamanya
dengan menghirup
asap putih jelaga.
mungkin ada yang
akan selalu diingat
seperti titik
merah dalam kalender yang tersemat
di dinding rumah
yang selalu hangat
menerima apa saja
dengan hati terbuka.
hisap rokokku,
angkat cangkirku
aku, saudaramu.
10.11.13
No comments:
Post a Comment