19.11.13

Di Gentong Miring Sluke



angin pesisir dan bau pasir
kibas rambut yang memanggil
dan berbisik di telinga
di antara seruak aroma kopi
yang kauseduh di sudut pagi
di rindang dedaun sawo
ada yang melayang jatuh di atas tanah
yang basah oleh hujan semalam.

dua bocah kecil bermain sepeda
berkejaran berputarputar
tanpa prasangka dan duga kira
tanpa rasa takut akan rahasia
bahkan mungkin setua kita yang terbata
membaca tetanda yang nampak di mata
tentang bagaimana masa depan mereka
juga nasib saudara yang terancam rumahnya
terusir dari kampung halamannya
setelah dipaksa hidup bertahun lamanya
dengan menghirup asap putih jelaga.

mungkin ada yang akan selalu diingat
seperti titik merah dalam kalender yang tersemat
di dinding rumah yang selalu hangat
menerima apa saja dengan hati terbuka.

hisap rokokku,
angkat cangkirku
aku, saudaramu.

10.11.13

No comments:

Post a Comment