Sejak lahir ia telah tinggal dalam tempurung itu. Ia sudah merasa tepat berada dalam tempat yang paling nyaman untuknya, paling aman untuknya. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya untuk pergi dari situ, meski tempurung itu sudah compang camping, retak di sana-sini. Ia tetap senang berada di situ.
Suatu hari, ketika ia sedang berjalan-jalan di sepanjang pematang sawah, ia melihat sesosok manusia -yang menurutnya- sungguh indah. Sosok perempuan, perempuan yang indah. Lalu, tak seberapa lama ia pun tahu bahwa perempuan itu bernama IVY, dan tinggal bersama kedua orangtuanya di ujung desa di pinggiran areal persawahan ini.
Tak perlu waktu lama untuk menyadari bahwa ia sudah jatuh cinta pada perempuan itu. IVY.
Ia pun berpikir keras untuk menemukan cara agar ia dapat terus selalu memandang wajah IVY, selalu mendengar senandung IVY, selalu berdekatan dengan IVY.
Selama seminggu penuh ia tidak keluar dari tempurung rumahnya. Berpuasa, bersamadi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk migrasi. Ia akan pindah beserta tempurung rumahnya ke dekat rumah IVY.
Beberapa waktu kemudian, pindahlah ia dengan menggotong tempurung rumahnya itu. Ia lalu menggotong pelan-pelan dan hati-hati sekali tempurung itu. Ia tak ingin jika tempurung itu nanti rusak. Ia sangat menyayangi tempurung rumahnya itu.
Sebulan waktu yang ia perlukan sampai ia benar-benar secara 'resmi' pindah ke tempat barunya. Dan dari tempat barunya itu, ia bisa dengan leluasa memuaskan keinginannya untuk selalu berdekatan dengan IVY.
Pernah satu hari ia bermimpi, duduk berdua berdampingan bersama IVY di sebuah pesta yang sangat meriah, di mana mereka berdua yang menjadi pusat dari segalanya. Akan tetapi, kokok ayam telah membangunkannya dari mimpi itu. Sejak itu ia berkhayal agar mimpi itu menjadi kenyataan.
Sudah tiga bulan ini, ia selalu diam di depan tempurung rumahnya. selalu memandang IVY yang berangkat dan pulang sekolah, memandang IVY yang belajar mengaji, dan lain sebagainya yang IVY kerjakan di luar rumah. Ia baru akan masuk ke dalam tempurung rumahnya ketika pintu rumah IVY sudah ditutup dan lampu dipadamkan.
+++
|
bunga ivy (google) |
Suatu pagi, seperti biasa, ia sudah berada di depan tempurung rumahnya. Ia menunggu IVY berangkat sekolah. Tetapi sampai siang, yang ditunggunya tak kunjung lewat, hanya bapak dan ibu IVY saja yang pergi keluar. Ke pasar atau ke sawah.
Sampai tiga hari lamanya keadaan itu berlangsung dengan cara yang sama. Tak sabar, ia pun mencari informasi mengenai keberadaan IVY. Ia tak ingin terjadi apa-apa dengan IVY, ia sangat mengkhawatirkan IVY.
Lalu, diperolehnya informasi bahwa ternyata IVY sudah pindah sekolah ke kota. Dan di sana, IVY tinggal bersama kedua paman dan bibinya.
Menanggung derita cintanya, ia pun dengan membawa serta tempurung rumahnya memutuskan untuk menyusul IVY ke kota. Mencari perempuan yang telah memesona hatinya, perempuan yang telah menjerat cintanya.
14.04.09