AKU
tidak tahu harus bagaimana memulai cerita ini. Aku selalu
kesulitan untuk mengawali segala sesuatu. Itulah sebabnya ketika bermain catur
aku tidak pernah mau melakukan langkah untuk yang pertama kali. Dan agar cerita
ini bisa berlanjut, ada baiknya kalian bertanya kepadaku apa yang hendak
kuceritakan.
Anggap saja kalian sudah bertanya, maka
segera akan kuceritakan kisah ini.
NAMANYA Juliet, dan bermacam lagi sebutan
dari orang-orang untuk memanggilnya. Ada yang memanggilnya Juliet, atau Juli,
atau Yuli, semua panggilan itu akan membuatnya menolehkan kepala kepadamu
ketika terdengar suaramu memanggilnya.
Ada
beberapa kesalahan anggapan yang sering dilakukan oleh orang-orang tentang
Juliet ini. Pertama, orang akan mengira kalau Juliet dilahirkan pada bulan
Juli, padahal tidak. Dia
dilahirkan pada bulan Desember, 30 tahun yang lalu.
Orang
tua Juliet memang gemar memberi nama pada anaknya dengan nama-nama yang membuat
orang lain penasaran dan salah terka. Seperti kakak tertua Juliet yang diberi
nama Noviana, yang oleh banyak orang sering dikira dilahirkan pada bulan
November, atau adik bungsunya yang walaupun namanya Febri tetapi lahirmya di
bulan April.
Kemudian
yang kedua, membaca namanya orang pasti berpikir kalau orang tua Juliet adalah
penggemar berat drama Romeo Juliet karya William Shakespeare yang terkenal itu.
Atau minimal mereka adalah penggemar film Romi Yuli yang dibintangi oleh Rano
Karno dan Yessy Gusman.
Jangan
bayangkan perawakan Juliet akan sama persis dengan perawakan Claire Daines di
film Romeo & Juliet, atau perawakan Yessy Gusman. Kalau kalian berprasangka
seperti itu kujamin kalian akan mengalami kecewa berat, seperti mendapat pukulan
telak, lalu down sedemikan rupa menghadapi kenyataan yang sebenarnya.
Tapi
untuk mengatakannya jelek, rasanya tidak tega. Katakan saja,
penampilannya biasa saja. Begitu saja, agar tidak menyakiti hatinya.
SUDAH hampir 5 tahun, aku
sekantor dengan Juliet di sebuah perusahaan penyedia jasa outsourching. Aku di
bagian keamanan, Juliet di keuangan.
Dari semula bertemu ketika istirahat
makan siang di warung, menjadi semakin akrab. Sehingga aku semakin tahu sisi
lain dari Juliet di luar kesehariannya di tempat kerja.
Ternyata, dia pernah mengalami
kegagalan dalam pernikahan yang membuatnya merasa enggan untuk dekat dengan
laki-laki hingga sekarang.
Suatu kali pernah kutanya soal penyebab
kegagalan pernikahannya, dia menjawab "Mantan suamiku tidak bisa mengerti
diriku. Tidak mau memahami keinginan dan
kebiasaanku"
"Harapanku
sebenarnya dengan berjalannya waktu, dia akan menerimaku dengan segala
kekurangan dan kelebihanku."
"Mungkin
bagi kebanyakan orang, apa yang kulakukan dianggap aneh, tidak normal, atau
bahkan dianggap gila"
"Memang
apa yang kaulakukan?", tanyaku
"Sebelum
berhubungan badan aku sering membakar dupa dan mandi kembang tujuh rupa. Karena
aku percaya bahwa aku adalah titisan dari seorang ratu penguasa samudra"
HAMPIR
tiap hari Juliet selalu mengajakku bicara. Berbincang tentang apa saja, tentang
segala hal. Tapi yang paling mendominasi pebincangan adalah topik tentang
dirinya sendiri
Dia
ceritakan semua hal tentang dirinya. Dari soal kesukaannya berswafoto dengan
latar belakang kuburan sampai kisahnya ketika ada seorang anggota kepolisian
mendekatinya melalui media sosial.
Suatu
pagi, ketika berpapasan di lobby sambil tersenyum Juliet menyapaku lalu
bertanya “Siapa yang saat ini ikut denganku?”, sambil tangannya menunjuk
pundaknya.
Karena
tidak melihat ada orang lain selain kami berdua aku tidak menjawab
pertanyaannya, hanya menunjukkan mimik muka yang seakan sebuah jawaban “Tidak
ada”. Tapi Juliet bersikukuh mengatakan bahwa ada seseorang atau sesuatu yang
saat itu sedang bersamanya.
“Kau
tidak melihatnya?”, tanyanya lagi.
“Tidak”,
jawabku sambil menggeleng.
“Uh!
Dasar bodoh. Dia adalah Kanjeng Ratu!”, sungutnya sambil berjalan
meninggalkanku yang masih terheran-heran dengan omongannya.
MASIH
banyak hal yang sering Juliet ceritakan padaku, yang makin lama makin membuat
penilaianku menjadi seperti penilaian kebanyakan orang kepadanya. Dan setelah kuperhatikan
dengan benar-benar, ternyata hanya aku seorang saja teman sekantor yang akrab
dengannya. Tak ada lainnya.
***
No comments:
Post a Comment