Showing posts with label telanjang. Show all posts
Showing posts with label telanjang. Show all posts

20.12.17

Juliet



AKU tidak tahu harus bagaimana memulai cerita ini. Aku selalu kesulitan untuk mengawali segala sesuatu. Itulah sebabnya ketika bermain catur aku tidak pernah mau melakukan langkah untuk yang pertama kali. Dan agar cerita ini bisa berlanjut, ada baiknya kalian bertanya kepadaku apa yang hendak kuceritakan.
Anggap saja kalian sudah bertanya, maka segera akan kuceritakan kisah ini.


NAMANYA Juliet, dan bermacam lagi sebutan dari orang-orang untuk memanggilnya. Ada yang memanggilnya Juliet, atau Juli, atau Yuli, semua panggilan itu akan membuatnya menolehkan kepala kepadamu ketika terdengar suaramu memanggilnya.
Ada beberapa kesalahan anggapan yang sering dilakukan oleh orang-orang tentang Juliet ini. Pertama, orang akan mengira kalau Juliet dilahirkan pada bulan Juli, padahal tidak. Dia dilahirkan pada bulan Desember, 30 tahun yang lalu.
Orang tua Juliet memang gemar memberi nama pada anaknya dengan nama-nama yang membuat orang lain penasaran dan salah terka. Seperti kakak tertua Juliet yang diberi nama Noviana, yang oleh banyak orang sering dikira dilahirkan pada bulan November, atau adik bungsunya yang walaupun namanya Febri tetapi lahirmya di bulan April.
Kemudian yang kedua, membaca namanya orang pasti berpikir kalau orang tua Juliet adalah penggemar berat drama Romeo Juliet karya William Shakespeare yang terkenal itu. Atau minimal mereka adalah penggemar film Romi Yuli yang dibintangi oleh Rano Karno dan Yessy Gusman.
Jangan bayangkan perawakan Juliet akan sama persis dengan perawakan Claire Daines di film Romeo & Juliet, atau perawakan Yessy Gusman. Kalau kalian berprasangka seperti itu kujamin kalian akan mengalami kecewa berat, seperti mendapat pukulan telak, lalu down sedemikan rupa menghadapi kenyataan yang sebenarnya.
Tapi untuk mengatakannya jelek, rasanya tidak tega. Katakan saja, penampilannya biasa saja. Begitu saja, agar tidak menyakiti hatinya.


SUDAH  hampir 5 tahun, aku sekantor dengan Juliet di sebuah perusahaan penyedia jasa outsourching. Aku di bagian keamanan, Juliet di keuangan.
Dari semula bertemu ketika istirahat makan siang di warung, menjadi semakin akrab. Sehingga aku semakin tahu sisi lain dari Juliet di luar kesehariannya di tempat kerja.
Ternyata, dia pernah mengalami kegagalan dalam pernikahan yang membuatnya merasa enggan untuk dekat dengan laki-laki hingga sekarang.
Suatu kali pernah kutanya soal penyebab kegagalan pernikahannya, dia menjawab "Mantan suamiku tidak bisa mengerti diriku. Tidak mau memahami keinginan dan kebiasaanku"
"Harapanku sebenarnya dengan berjalannya waktu, dia akan menerimaku dengan segala kekurangan dan kelebihanku."
"Mungkin bagi kebanyakan orang, apa yang kulakukan dianggap aneh, tidak normal, atau bahkan dianggap gila"
"Memang apa yang kaulakukan?", tanyaku
"Sebelum berhubungan badan aku sering membakar dupa dan mandi kembang tujuh rupa. Karena aku percaya bahwa aku adalah titisan dari seorang ratu penguasa samudra"


HAMPIR tiap hari Juliet selalu mengajakku bicara. Berbincang tentang apa saja, tentang segala hal. Tapi yang paling mendominasi pebincangan adalah topik tentang dirinya sendiri
Dia ceritakan semua hal tentang dirinya. Dari soal kesukaannya berswafoto dengan latar belakang kuburan sampai kisahnya ketika ada seorang anggota kepolisian mendekatinya melalui media sosial.
Suatu pagi, ketika berpapasan di lobby sambil tersenyum Juliet menyapaku lalu bertanya “Siapa yang saat ini ikut denganku?”, sambil tangannya menunjuk pundaknya.
Karena tidak melihat ada orang lain selain kami berdua aku tidak menjawab pertanyaannya, hanya menunjukkan mimik muka yang seakan sebuah jawaban “Tidak ada”. Tapi Juliet bersikukuh mengatakan bahwa ada seseorang atau sesuatu yang saat itu sedang bersamanya.
“Kau tidak melihatnya?”, tanyanya lagi.
“Tidak”, jawabku sambil menggeleng.
“Uh! Dasar bodoh. Dia adalah Kanjeng Ratu!”, sungutnya sambil berjalan meninggalkanku yang masih terheran-heran dengan omongannya.

MASIH banyak hal yang sering Juliet ceritakan padaku, yang makin lama makin membuat penilaianku menjadi seperti penilaian kebanyakan orang kepadanya. Dan setelah kuperhatikan dengan benar-benar, ternyata hanya aku seorang saja teman sekantor yang akrab dengannya. Tak ada lainnya.

***

18.9.15

Mimpi Seorang Insomniak


Kubuka sebuah buku. Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun kulalui dengan membaca buku. Sejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya kapan aku tidak tahu, aku selalu susah tidur. Aku hanya bisa memejamkan mataku selama dua sampai tiga jam saja setiap harinya. Jadi, aku menghabiskan malam-malamku dengan membaca.

Di lembar-lembar buku yang kubaca, ternyata tidak hanya terdapat deretan huruf-huruf yang terangkai menjadi kata. Tapi juga terdapat bayangan-bayangan yang seolah nyata. Yang entah tercipta karena begitu indahnya narasi sang pengarang atau hanya karena imajinasiku belaka. Aku tidak tahu. Seperti yang kualami, saat ini.

Aku melihat seorang laki-laki yang bercelana jeans dan kemeja flanel dengan t-shirt putih di lapisan dalamnya, berada di tengah-tengah lingkaran yang tersusun atas beberapa buah lilin yang menyala. Laki-laki itu kemudian memasukkan ujung laras pistolnya ke dalam mulutnya sendiri, dan menembakkannya dengan tangan kiri.  Lalu tubuh laki-laki, yang ternyata kidal itu, tergeletak tepat di tengah-tengah lingkaran dengan kepala pecah dan tak bernyawa. Mati! Kemudian media memberitakan bahwa mayat laki-laki itu ditemukan setelah tiga hari meninggal.
           
Kubalik lembar halaman berikutnya. Dan adegan yang terdapat di lembar itu pun berubah. Berbeda.
           
Adam dan Hawa berlari berkejaran di sebuah taman. Eden. Firdaus. Mereka berdua telanjang. Tanpa busana. Hawa meminta kepada Adam untuk mengambilkan sebuah apel merah yang ada pada sebuah pohon di taman itu, untuknya. Adam lalu mengambil apel itu dan memberikannya kepada sang kekasih, Hawa. Mereka berdua menggigit dan memakan apel itu. Sebagian-sebagian.
Sepasang kekasih itu lalu berpelukan. Menjadi satu. Satu tubuh. Setubuh. Dan tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang mengamati di sebalik dedaunan. Entah mata siapa. Setan atau Tuhan.

Aku melirik weker di meja, masih jam dua dini hari. Acara tv sudah tidak ada yang menarik lagi. Aku memilih channel yang menayangkan sebuah siaran langsung pertandingan sepak bola. Entah, siapa melawan siapa. Aku tidak begitu memperhatikan. Aku hanya berpikir, kenapa orang-orang itu begitu bodoh berlarian ke sana ke mari hanya untuk mengejar dan memperebutkan sebuah bola. Dan yang lebih aku herankan lagi, kenapa mereka tampak begitu menikmatinya. Siapa yang bodoh? Mereka atau aku? Atau para penontonnya?

Aku merindukan Niko. Sudah beberapa hari ini, dia tidak kelihatan. Menghilang. Atau mungkin bertapa, seperti kebiasaannya jika sedang mencari inspirasi untuk lukisan atau puisi-puisinya.
           
Niko benar-benar seorang artis. Seniman. Selain melukis, ia juga menulis puisi dan novel. Bahkan ia pernah pula bermain teater. Aku mengenalnya ketika masih di kampus dulu. Waktu itu aku melihatnya pada sebuah pementasan teater. Di pentas yang berjudul “Romeo and Juliet” itu, Niko berperan sebagai Juliet. Sungguh, aku begitu terpesona dengan aktingnya.

Sejak itu kami selalu ke mana-mana berdua. Pada awalnya aku hanya merasa ia adalah seorang teman sekaligus sahabat yang baik. Dan aku merasa nyaman bersamanya. Tapi tanpa sadar, lama-kelamaan aku merasa ada sesuatu yang berbeda ketika aku bersamanya. Hingga akhirnya aku menyadari kalau aku mencintainya. Dan, kami adalah sepasang kekasih!

Mungkin bukan Niko sebenarnya yang kurindukan. Tapi yang tidak bisa kulupakan adalah sentuhan, belaian dan kecupan-kecupan Niko. Di seluruh tubuhku. Memikirkan Niko, tanpa sadar membuat tanganku bermain-main di sela-sela kedua pahaku. Sial! Kenapa aku begitu terobsesi dengannya?!

Sudah semakin akut saja insomnia ini. Kalau beberapa bulan lalu aku masih bisa tidur empat atau lima jam sehari, sekarang tidak. Saat-saat ini, aku hanya bisa tidur paling banyak hanya sekitar dua atau tiga  jam saja sehari. Dan untuk menghabiskan malam, aku biasa melahap berbagai macam bacaan. Apa saja. Novel atau buku-buku filsafat. Bahkan stensilan.

Malam ini, aku baru saja menyelesaikan sebuah bab dalam “Misteri Soliter” yang di beri judul “Pangeran Keriting”. Aku tidak begitu mengerti apa yang diceritakan Jostein di buku ini. Aku tidak begitu peduli apa isi buku ini. Juga buku-buku yang pernah atau sedang kubaca. Karena yang kulakukan adalah hanya membaca, membaca, dan membaca.

Aku melihat Adam dan Hawa. Mereka tampak terkejut, begitu tersadar dari apa yang telah mereka lakukan tadi. Adam hanya terdiam sambil memandang Hawa, sementara Hawa hanya menunduk. Adam berpikir, apa nanti yang akan dijadikan alasan jika Ia tahu?

Adegan Adam dan Hawa yang sedang termenung di taman tadi perlahan-lahan memudar. Berganti warna. Menjadi gambar dengan dua orang model yang berpose seperti Adam dan Hawa di taman Eden. Telanjang. Tanpa busana.  Lalu, sekelompok orang berpakaian putih-putih dengan berbagai macam poster berisi tulisan yang menentang segala bentuk pornografi, melakukan demo yang mengecam pemuatan gambar itu di sebuah pameran.

Aku semakin tidak bisa memahami buku ini. Yang kulakukan hanya membaca, tanpa harus tahu apa isi buku yang sedang kubaca ini. Pokoknya membaca. Itu saja. Jadi aku tidak begitu heran ketika mataku masih terpaku pada deretan huruf-huruf di buku ini, tapi pikiranku melayang-layang jauh, entah kemana. Termasuk ketika aku ingat Niko.

Dimana kau sekarang, Nik? Aku merindukanmu. Dan juga belaianmu. Tanganku kembali bermain-main, kali ini di payudara yang menggantung di dadaku.

Image by G.C. from Pixabay


^^
“What A Wonderfull World”nya Louis Armstrong berbunyi. Nada panggil di ponselku berbunyi, segera kuangkat.

“Bean! Kapan kamu akan ke kantor?”, tanya suara di seberang sana yang ternyata adalah Frances, partnerku di LSM yang kami kelola bersama.
“Cepetan! Kita ada meeting dengan relasi! Kalau bukan pendiri LSM ini, sudah kupecat kau!”.

Gerutuan Frances tentang kebiasaanku sudah tak terdengar lagi. Seperti biasa, aku telat lagi. Kulirik weker di meja, sudah jam sembilan kurang lima belas menit.  Gawat! Sudah telat lima belas menit dari jadwal meeting hari ini.

Tanpa sempat mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi, serta menyemprotkan deodoran seperlunya ke tubuhku, aku berangkat. Sambil tak lupa membawa sebungkus kretek.[]

ti3a



Hannibal masih asyik mengutak-atik komputernya. Sudah seminggu ini dia meng-hack website sebuah perusahaan operator telepon seluler terbesar di negara ini. Sebagai hacker yang sudah cukup lama malang melintang di dunia bawah tanah, pekerjaan ini sebenarnya bukanlah pekerjaan yang sulit. Tapi tidak tahu kenapa, mungkin karena perusahaan itu sudah memperkerjakan seorang hacker untuk memproteksi website mereka. Seperti yang Hannibal tahu, sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan besar yang menghire seorang hacker untuk menjaga keamanan website juga data-data perusahaan mereka.

Beberapa waktu yang lalu, ia sukses membobol website sebuah departemen pemerintah hanya dalam waktu kurang dari 24 jam dan tidak terlacak. Setelah sukses  mengacak-acak, ia lalu meninggalkan sebuah tulisan berupa pesan moral yang ditujukan kepada penguasa negeri ini.

Biasanya Hannibal meng-hack sebuah website hanya untuk bersenang-senang saja. Tapi kali ini berbeda. Setelah berdiskusi dengan teman-temannya, ia bermaksud untuk meminta uang tebusan dari perusahaan pemilik website yang berhasil ia bobol datanya.

Setelah beberapa kali gagal mencoba, pada usahanya yang ke 5 ini dia berhasil menyadap data dan rencana-rencana perusahaan itu untuk 5 tahun ke depan. Data-data yang telah berhasil diperoleh tersebut kemudian didownload lalu disimpan di emailnya dan di 2 buah CD.

CD pertama ia sembunyikan di dalam pigura foto kekasihnya, Izabel. Sedangkan CD kedua, rencananya akan ia serahkan nanti ketika deal transaksi dengan perusahaan tersebut sudah mencapai kesepakatan. Ia berencana untuk minta tebusan sebesar 100 juta. Dan rencananya pula CD ini nanti akan ia serahkan di depan Disc Tarra Plaza Simpang Lima besok malam jam 9 tepat.

^^

Izabel dan Gazal duduk berdua di apartemen Izabel. Dengan ditemani sebotol Jack Daniels dan alunan suara Frank Sinatra di latar belakang. Pada mulanya mereka hanya membahas rencana-rencana yang akan mereka lakukan. Juga rencana Hannibal untuk bertransaksi dengan sebuah perusahaan yang telah berhasil ia bobol websitenya.

Sebenarnya Izabel tidak setuju dengan apa yang akan dilakukan Hannibal. Ia khawatir akan terjadi apa-apa dengan kekasihnya itu, karena ini adalah pertama kalinya Hannibal bermain sendiri. Biasanya setiap kali transaksi, mereka selalu menggunakan kurir, jadi mereka tidak pernah terlibat secara langsung. Sedangkan kali ini, Hannibal memilih melakukannya seorang diri.

Tapi Gazal mendukung rencana Hannibal, karena uang yang akan diperoleh jumlahnya cukup besar jika transaksi ini sukses. Perdebatan antara Izabel dan Gazal pun berlangsung beberapa lama.

Entah siapa yang lebih dulu memulai. Mereka lalu saling menatap, kemudian saling berciuman, kemudian saling meraba, kemudian saling meremas. Kemudian tubuh mereka berdua menyatu. Menjadi satu. Seirama. Senada. Kemudian mereka melakukan gerakan-gerakan berirama. Ritmis. Seperti sepasang balerina yang sedang menari. Hingga akhirnya adegan  diakhiri dengan teriakan kecil Izabel, ketika orgasme menyentuhnya.

Izabel bergegas pergi. Ia teringat untuk menemani Hannibal melakukan transaksi malam ini. Ia tak ingin membiarkan Hannibal melewatkan kesempatan besar itu tanpa ada yang menemani. Ia takut terjadi sesuatu dengan Hannibal.

Beberapa kali Izabel mencoba menghubungi ponsel Hannibal, tapi tak satupun berhasil connect. Ia tahu, mungkin Hannibal sudah mengganti nomornya. Seperti yang biasa mereka lakukan, setiap kali melakukan transaksi mereka akan selalu menggunakan nomor baru. Ini semua mereka lakukan dengan tujuan agar identitas mereka tetap tersembunyi dan sulit terlacak oleh pihak-pihak lain.

^^

Lampu ini menyala begitu terang. Menyilaukan mata. Aku tak tahu aku berada dimana. Yang aku lihat hanya ruangan serba putih dengan lampu yang menyala menyilaukan mata. Dan ada selang infus di tanganku. Juga tabung oksigen.

“Dimana aku?”.    
“Kamu di Rumah Sakit”, jawab seorang perempuan, yang ternyata adalah Izabel.
“Mana uangnya? Trus, kenapa aku bisa ada disini?”.
“Uang apa? Kamu kutemukan tergeletak pingsan di sebuah gudang yang sudah tidak terpakai di Pelabuhan, semalam”.
“Tubuhmu penuh luka dan memar-memar”.

Perlahan-lahan aku teringat. Setelah bertemu dengan orang dari perusahaan itu, kami lalu sepakat untuk bertransaksi di McD. Kemudian kami memesan minuman. Setelah kelar, aku  terus diajak pergi. Kami naik mobil.  Ternyata di dalam mobil, sudah menunggu 2 orang lagi. Dan setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi.

Izabel kemudian bercerita. Ia menyusulku ke Disc Tarra, tapi tak menemuiku di sana. Setelah berkeliling mencari-cari, akhirnya ia melihatku naik mobil bersama seseorang. Ia kemudian mengikuti mobil itu. Mobil itu kemudian menuju ke daerah pelabuhan. Setelah menunggu beberapa lama, mobil itu keluar dari pelabuhan. Izabel kemudian masuk dan mencariku. Ia menemukanku di sebuah gudang, dalam keadaan pingsan dan tubuh penuh luka.

“CD itu pasti sudah dibawa mereka?”, tanyaku lagi.
“Mungkin. Aku tidak menemukan apa-apa lagi di sana.”.
“Sial! But, that’s ok. CD itu hanya berisi separuh saja dari semua data yang berhasil kuperoleh kemarin. Sisanya masih kusimpan”.
“Tapi, berjanjilah untuk lebih berhati-hati lagi”.
“Ya”.

^^

Surat kabar pagi ini dihebohkan dengan berita tentang 3 orang pasien Rumah Sakit Jiwa kelas I di Semarang yang telah melarikan diri. Ketiga orang pasien tersebut sering mengidentifikasikan diri mereka sebagai Hannibal (seorang hacker dan ahli komputer), Izabel (seorang model dan artis) dan Gazal (seorang anggota Dinas Rahasia).

Ketiganya adalah tersangka yang terlibat dalam kasus penghinaan terhadap simbol-simbol negara dan dianggap membahayakan keselamatan negara. Dalam kasus tersebut, ketiganya dinyatakan terbukti bersalah dan secara meyakinkan telah melakukan kegiatan seperti yang telah dituduhkan.

Tapi dalam sidang lanjutan yang berlangsung cukup lama, sekitar 6 bulan, pengacara ketiga orang tersebut berhasil meyakinkan dan membuktikan pada pengadilan bahwa ketiga orang tersebut "tidak layak secara mental" untuk melakukan semua kegiatan yang dituduhkan. Kemudian pengadilan mengambil keputusan, ketiganya dinyatakan "tidak waras" dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa untuk menjalani perawatan serta pemulihan mental sebelum kasus itu dilanjutkan kembali. Dan semuanya atas tanggungan negara.[]


**dead!**

[2006]