5.1.18

Duniamera

Kami selalu mendengar celetukan mereka setiap kali kami melewati jalan depan pos ronda itu. Kata-kata yang selalu sama yang tak bosan-bosannya keluar dari mulut mereka yang berbau alkohol dicampur asap rokok. "Dasar sinting! Minggir sana!", begitu yang selalu kami dengar. Langsung saja kami bergeser ke tempat lain, mengurungkan niat sebelumnya yang ingin minta sedikit minuman untuk menyegarkan tenggorokan yang sudah kering kerontang.

Di lain waktu sering juga kami terima perlakuan yang kurang lebih sama seperti orang-orang di pos ronda itu. Di pasar, misalnya. Kami hanya ingin berteduh barang sejenak ketika hujan terlalu lebat bagi tubuh kurus kami ini, tapi langsung saja dihardik oleh pemilik warung. "Pergi sana! Nanti pelangganku gak mau makan lagi di sini".

Orang-orang terlalu sibuk dengan dunianya, mengejar dunianya. Menghabiskan waktu di tempat kerja, mengharapkan kebahagiaan yang diukur dari materi yang dimiliki. Melihat itu semua kadang membuat kami tertawa kemudian memperbincangkannya. Dan hal itu malah menjadikan orang-orang melirik dengan tatap mata yang tajam. Bahkan tak jarang di antara mereka ada yang menggerakkan jarinya miring di dahi. 

Sudah lama kutinggalkan dunia seperti mereka, aku tak butuh apa-apa lagi selain kebersamaanku dengannya. Jika kau bersama dengan kekasihmu, masih adakah yang kaubutuhkan selainnya? Oh ya, perkenalkan namaku Mera.

No comments:

Post a Comment