Showing posts with label puisi religi. Show all posts
Showing posts with label puisi religi. Show all posts

25.12.20

Tuhan Suka Menumbuhkan

Gambar oleh Ćukasz Siwy dari Pixabay

Setiap hari ada orang yang mati di kota kami. angin subuh membawa warta itu ke seluruh pelosok: ke relungrelung hati, ke ruangruang sunyi, lalu setiap orang akan merabai diri: sedekat apakah jarak maut dengan nadi.

Tapi Tuhan sungguh baik, dia suka menumbuhkan. diberinya kami musim yang bagus untuk menyemai benih: melahirkan bayibayi. hingga kami tak perlu begitu meratapi apa yang telah pergi dari diri.

Dan bungabunga akan terus bermekaran sepanjang hari, menebarkan semua wangi pada tubuhnya untuk dapat dihirupi, meski sebagian ada yang akan pergi untuk menjadi semacam kenangan yang patut disimpan di dalam hati.

9.8.18

Tak Lagi Peduli

tak lagi peduli aku 
pada semua yang mereka omongkan 
karena aku sedang mencoba 
untuk lebih menyayanginya. 

tak lagi peduli aku 
pada semua yang mereka lakukan 
karena aku sedang mencoba 
untuk lebih mencintainya.

dalam setiap nafas hidupku 
hanya satu tertuju selalu di sisinya 
dalam setiap lembar hariku 
hanya satu tertuju selalu bersamanya. 

tak lagi peduli aku 
pada semua yang mereka bicarakan 
karena memang mereka tak tahu 
begitu sangat aku mencintainya

5.11.16

Yakin Padanya

Seberapa jauh kakimu melangkah
janganlah pernah menjauh darinya
meski banyak terhadang masalah
hadapilah dengan percaya

Jangan pernah berpikir untuk berpaling
buatlah cintamu tak bergeming
menuju dan tetap hanya kepadanya
sepenuh hati berharap kasihnya

Yakinlah dia yang paling setia
menerimamu apa adanya
mendengarkan segala keluhan
sekalian memberikanmu harapan

23.9

25.10.16

Sejak


sejak kapan hujan diciptakan
lalu menjadi semacam kelambu
agar air mata yang diteteskan
tiada orang lain yang tahu

26.1

23.10.16

Asap

bayibayi bertumbangan
menghirup pekat asap
dari hutan yang dibakar
: api ketamakan

dan kami masih sibuk menghitung musim
berapa lama lagi pemakaman ini?

26.1

3.9.16

Mushola

di rumahmu,
kami belajar membaca
huruf dan angkaangka

lalu dengan tergesa
mencoba memaknainya
seolah yang paling bisa

namun hingga renta usia
masih saja terbatabata
: mengeja tetanda

1.9