Showing posts with label penyair. Show all posts
Showing posts with label penyair. Show all posts

29.12.20

Setelah Semua

[toppng.com]

Di persimpangan
: terpisahkan.

Hanya dirimu
yang tak lalat bagiku.

Di kesunyian
: terpendam.

Hanya kepadamu
yang murni cintaku.

Di reramuan
: tersimpan.

Hanya namamu
selalu ada di mantraku.

[Ngasem, 26/12/2020]

28.12.20

Di Dalam Rumah

Mengapa harus di dalam rumah, takkah kaulihat awan putih di langit memanggilmu, untuk datang dan bercengkrama sembari mengisap cerutu dan aroma kopi?

Burung yang terbang tidak sendirian, dibawa serta segala cerita tentang kepedihan dan kesenangan, untuk kelak digantungkan di dinding ruang, menjadi penanda bahwa hidup tidak melulu hanya tentang ditinggalkan.

Dan pohonpohon hijau dengan indahnya, berbagi kesegaran kepada seluruh semesta, untuk menjadi nafas bagi kebangkitanmu, setelah didera perih yang tak terperikan selama ratusan tahun lamanya.

Kenapa masih di dalam rumah, setiap kehangatan yang tercipta di luar sana adalah berkat untukmu dan orang di sekelilingmu, ambil-raup dan bagikan kepadanya yang selama ini mengisi seluruh ruang di hatimu

Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay


25.12.20

Tuhan Suka Menumbuhkan

Gambar oleh Ćukasz Siwy dari Pixabay

Setiap hari ada orang yang mati di kota kami. angin subuh membawa warta itu ke seluruh pelosok: ke relungrelung hati, ke ruangruang sunyi, lalu setiap orang akan merabai diri: sedekat apakah jarak maut dengan nadi.

Tapi Tuhan sungguh baik, dia suka menumbuhkan. diberinya kami musim yang bagus untuk menyemai benih: melahirkan bayibayi. hingga kami tak perlu begitu meratapi apa yang telah pergi dari diri.

Dan bungabunga akan terus bermekaran sepanjang hari, menebarkan semua wangi pada tubuhnya untuk dapat dihirupi, meski sebagian ada yang akan pergi untuk menjadi semacam kenangan yang patut disimpan di dalam hati.

19.12.20

Usia

Usia seperti hantu dari masa lalu yang mengejar-kejar, memaksa untuk terus berlari atau sembunyi, segala usaha ditempuh untuk memperlebar senjang kepada penuaan: siapa yang tidak ingin terlihat cantik di peti mati nanti?

Segala penawaran yang tersebar melalui brosur dan iklan di televisi sudah lama dicoba, beberapa ada yang berhasil tapi banyak yang gagal. tak apa terus mencoba, tak ada salahnya menjadi kelinci yang terus berada dalam labirin.

Semua demi pengharapan bahwa kelak kulit muka akan tampak seperti belasan tanpa ada kerutan dan flek di wajah. segala hal kemudian terlihat menjadi mudah, semudah melambaikan tangan ketika ada yang tengadah meminta sedekah.

Tapi, apa yang diharapkan kemudian menjadi tidak terwujudkan. sebab perangkap telah dipersiapkan untuk memenjarakan kita di dalam ruang hampa: tumbuh renta dan kesepian.

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay



17.12.20

Dukalukakota

Gambar oleh ntnvnc dari Pixabay
Gambar oleh ntnvnc dari Pixabay


Orangorang menjadi tak mengenal lagi mata yang berbicara pun sulit diartikan siapa sembunyi di sebalik penutup muka? Tak ada lagi bioskop untuk menonton sinema pun tiada denting cangkir di kafetaria hanya kreak plastik yang beranjak pulang Kota ini menyimpan banyak duka terlalu banyak kemurungan di setiap sudutnya Jarak yang ada menjadi semakin jauh semakin tinggi tembok diri dibangun benteng angkuh berlapislapis Kepala penuh berisi segala prasangka dunia berjalan dengan rasa curiga kau atau aku yang menjadi penyebabnya Kota ini menyimpan banyak luka terlalu banyak kemalangan di setiap tubuhnya

12.2.19

Omong Kosong

ada yang mendesak
ingin dikeluarkan segera dari otak
yang sudah panas 
terlalu lama menyimpan ampas 
memutar omong
yang berbunyi kosong 
lalu menyembunyikannya
di kolong meja 
seperti gerombolan para pengecut 
yang mengkeret takut 
melihat moncong senjata 
yang mencari mereka 
setelah mulutnya 
nyerocos tak tertata 
lontaran katakata 
umpatan dan prasangka 
tentang tingkah penguasa 
paling agung dan bijaksana 
meski suka menginjak
membuat muak
lantas bagaimana dengan 
anakanak yang dilahirkan 
menanggung hutang negara 
yang sampai habis usia 
baru bisa dilunaskan 
entah dengan apa 
nanti dibayarkan.

6.1.19

7.2.15

Mungkin

mungkin sudah garis nasib
pertemuan dan perpisahan.
air mata menetes dari langit
melahirkan kemenangan
sekaligus kekalahan.

lalu kau mulai menghitung
jarak yang mesti ditempuh.
ketika malam menjadi kian gelap
dan orang-orang telah lelap
burung mengirimkan tanda
untukmu segera pergi.

kepada siapa luka yang dalam
rapat kau sembunyikan.
penyair tua yang mabuk
sibuk menghabiskan umur
di kamar penuh buku dan debu.

7.2.15