1.9.16

Memilah Kenangan

setiap pagi kami rajin menyambangi tetanaman yang tumbuh di belakang rumah, mengelap daun yang basah embun, sambil bercakap tentang harga sayur di pasar desa.

dengan telanjang kaki kami menapaki tanah kelahiran, dan sekaligus pemakaman. sementara cahaya menerobos di sela rumpun bambu, seperti harapan baik hari ini.

untuk sejenak lalu kami saling berpandangan, mengingat betapa jauh perjalanan yang telah dilalui. di setiap kesenangan selalu terselip kekecewaan, di setiap kebahagiaan selalu tersisa tangisan

kami tak sempat lagi memilah kenangan mana yang akan kami simpan, untuk dijadikan hiasan yang digantungkan di dinding kamar. agar nanti siapa saja akan dapat mengingat, betapa banyak cucuran darah dan keringat, yang tumpah dalam kisah ini

26.5

Pergi, Hilang, Harapan

yang pergi,
tiada akan kembali.
tunas baru telah lahir,

hari baru telah hadir

yang hilang,
tiada akan datang.
bening embun di dedaunan, 

pendarkan cahya berkilauan

harapan yang telah dituliskan.
tetap di dalam mimpi yang semalam.
menunggu setia untuk diwujudkan

7.5

Ruang Tamu

di ruang ini
kabar duka dan suka berganti singgah
sebelum akhirnya memenuhi rumah

tapi kami tak pernah berhitung
siapa nanti yang lebih beruntung

kadang suasana pun menjadi murung
ketika gelap mendung mengurung

4.5

29.8.16

Luka

lukaluka yang menganga
di tubuh yang terkapar tak berdaya
adalah sebuah catatan sejarah
yang tak akan mungkin kaulupa

di sanalah segala hal tersimpan
yang buruk dan memalukan
yang menyisakan tawa terbahak
menjadi semacam penanda jejak

sesiapa yang pernah kautinggalkan
selamanya akan tetap diingatan
sesiapa yang telah kaulukakan
akan tetap ada menjadi bayangan

kemanapun kau akan berlari
ke lorong gelap yang dingin dan sunyi
selalu saja menghantui
dirimu yang sendiri: memanggilmanggil sepi

29.8.16

19.8.16

Pagi Subuh

pagi yang subuh
tubuh masih rubuh
kekasih terlelap
katakata gagap

napas satusatu
pikiran beku
kemana berlalu
jalan hendak dituju

19.8