Tak ada petasan dan kembang api
hanya air yang deras menitik dari langit
seperti membasuh setiap luka hati
dan segera dilapangkan dari segala sempit.
[31.12.2020]
Tak ada petasan dan kembang api
hanya air yang deras menitik dari langit
seperti membasuh setiap luka hati
dan segera dilapangkan dari segala sempit.
[31.12.2020]
google.com |
Mengapa harus di dalam rumah, takkah kaulihat awan putih di langit memanggilmu, untuk datang dan bercengkrama sembari mengisap cerutu dan aroma kopi?
Burung yang terbang tidak sendirian, dibawa serta segala cerita tentang kepedihan dan kesenangan, untuk kelak digantungkan di dinding ruang, menjadi penanda bahwa hidup tidak melulu hanya tentang ditinggalkan.
Dan pohonpohon hijau dengan indahnya, berbagi kesegaran kepada seluruh semesta, untuk menjadi nafas bagi kebangkitanmu, setelah didera perih yang tak terperikan selama ratusan tahun lamanya.
Kenapa masih di dalam rumah, setiap kehangatan yang tercipta di luar sana adalah berkat untukmu dan orang di sekelilingmu, ambil-raup dan bagikan kepadanya yang selama ini mengisi seluruh ruang di hatimu
Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay |
Gambar oleh Łukasz Siwy dari Pixabay |
Setiap hari ada orang yang mati di kota kami. angin subuh membawa warta itu ke seluruh pelosok: ke relungrelung hati, ke ruangruang sunyi, lalu setiap orang akan merabai diri: sedekat apakah jarak maut dengan nadi.
Tapi Tuhan sungguh baik, dia suka menumbuhkan. diberinya kami musim yang bagus untuk menyemai benih: melahirkan bayibayi. hingga kami tak perlu begitu meratapi apa yang telah pergi dari diri.
Dan bungabunga akan terus bermekaran sepanjang hari, menebarkan semua wangi pada tubuhnya untuk dapat dihirupi, meski sebagian ada yang akan pergi untuk menjadi semacam kenangan yang patut disimpan di dalam hati.
Usia seperti hantu dari masa lalu yang mengejar-kejar, memaksa untuk terus berlari atau sembunyi, segala usaha ditempuh untuk memperlebar senjang kepada penuaan: siapa yang tidak ingin terlihat cantik di peti mati nanti?
Segala penawaran yang tersebar melalui brosur dan iklan di televisi sudah lama dicoba, beberapa ada yang berhasil tapi banyak yang gagal. tak apa terus mencoba, tak ada salahnya menjadi kelinci yang terus berada dalam labirin.
Semua demi pengharapan bahwa kelak kulit muka akan tampak seperti belasan tanpa ada kerutan dan flek di wajah. segala hal kemudian terlihat menjadi mudah, semudah melambaikan tangan ketika ada yang tengadah meminta sedekah.
Tapi, apa yang diharapkan kemudian menjadi tidak terwujudkan. sebab perangkap telah dipersiapkan untuk memenjarakan kita di dalam ruang hampa: tumbuh renta dan kesepian.
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay |
Gambar oleh ntnvnc dari Pixabay |