7.9.15

Kepada Kota


mungkin aku harus berterima kasih kepadamu, yang telah memberiku udara segar untuk kuhirup saban pagi, dan kicau burung yang hinggap di rindang pohon, di sepanjang jalan menujumu.

tapi itu dulu, jauh sebelum asap knalpot memenuhi langit dengan warna hitamnya, serupa tinta mesin cetak yang tergeletak di atas meja, yang saban waktu kaupacu untuk memuaskan birahimu.

kini, hanya panas menyengat menbakar kulit yang selalu kuterima, di ujung aspal di sepanjang perjalanan pulang, tanpa sekalipun kausuguhkan minuman dingin pelega tenggorokan, setelah seharian berteriak lapang mencari penghidupan.

2015

No comments:

Post a Comment